Peran tenaga pendidik dalam menghadapi kasus bullying



Peran tenaga pendidik dalam menghadapi kasus bullying
Maraknya  kasus-kasus  kekerasan  yang  terjadi  pada  anak-anak  usia  sekolah  saat  ini sangat  memprihatinkan  bagi  pendidik,  orang  tua  dan  masyarakat. Sekolah  yang seharusnya menjadi tempat bagi anak untuk menimba ilmu serta membantu membentuk karakter pribadi yang positif ternyata malah menjadi tempat tumbuhnya praktek-praktek bullying. Kekerasan  di  institusi  pendidikan  bisa  dilakukan  oleh  siapa  saja,  baik  antar teman, antar siswa, antar geng di sekolah, kakak kelas, bahkan  guru. Lokasi kejadiannya mulai dari ruang kelas, toilet, kantin, halaman, pintu gerbang, bahkan di luar pagar sekolah. Akibatnya, sekolah  bukan  lagi  tempat  yang  menyenangkan  bagi  siswa,  tetapi  justru  menjadi  tempat yang menakutkan dan membuat trauma.
Orang tua sering tidak menyadari, anaknya menjadi korban bullying di sekolah.
Bentuk yang paling umum dari bentuk penindasan/ bullying di sekolah adalah pelecehan verbal, yang bisa datang dalam bentuk ejekan, menggoda atau meledek dalam penyebutan nama. Jika tidak diperhatikan, bentuk penyalahgunaan ini dapat meningkat menjadi teror fisik seperti menendang, meronta-ronta dan bahkan pemerkosaan.
Biasanya pelaku memulai bullying di sekolah pada usia muda, dengan melakukan teror pada anak laki-laki dan perempuan secara emosional. Anak mengganggu karena berbagai alasan. Biasanya karena mencari perhatian dari teman sebaya dan orang tua mereka, atau juga karena merasa penting dan merasa memegang kendali. Banyak juga bullying di sekolah dipacu karena meniru tindakan orang dewasa atau program televisi.
Guru yang berperan sebagai pendidik tidak hanya bertanggung jawab pada nilai akademis siswa, tetapi juga memiliki tanggung jawab dalam membentuk tingkah laku dan karakter siswa. Dalam kasus bullying yang terjadi pada siswa, guru berhak dengan segera melakukan berbagai tindakan untuk merespon perilaku bullying siswa agar terhindar dari berbagai macam kekerasan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Standar kurikulum yang tidak sesuai dengan kemampuan anak sekolah

Kenapa pendidikan formal penting

Belum adanya sekolah untuk anak yang berkebutuhan khusus di desa