Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Ketika Guru malas dalam mengajar

Ketika Guru malas dalam mengajar Masih banyak guru di sekolah sekolah di kota besar ataupun di desa sekalipun yang malas-malasan dalam memberikan pendidikan kepada murid. Dan banyak juga faktor-faktor yang menyebabkan guru menjadi malas dalam mengajar. Rendahnya penguasaan materi pelajaran. Jika guru tersebut tidak menguasai materi pelajaran yang ia ajari, ia akan kesuliatan menghadapi siswa-siswinya di kelas. Pada akhirnya apabila persoalan ini tidak ditanggulangi dengan segera, maka akan mengakibatkan guru malas masuk mengajar. Tidak menguasai metode mengajar. Penguasaan materi pelajaran saja tidak cukup. Guru juga harus mempunyai kemampuan mengajar yang baik. Minimnya variasi mengajar guru mengakibatkan siswa cepat bosan. Kebosanan siswa pada akhirnya akan menyangkiti guru. Pengaruh lingkungan. Seorang guru muda baru lulus dan memiliki semangat mengajar yang tinggi secara tidak sadar dapat menjadi guru pemalas apabila berada pada sekolah yang tidak disiplin. Masuk atau tida

Kesejahteraan kurang di perhatikan khususnya diperdesaan

Kesejahteraan kurang di perhatikan khususnya diperdesaan Perekonomian masyarakat desa tidak sama dengan masyarakat kota yang pada umumnya memiliki pendapatan yang lebih besar dari pada pendapatan masyarakat desa. Hal ini sah saja karena lapangan pekerjaan di kota sangat banyak dan beragam sehingga jenis pekerjaan serta tingkat pendapatan mereka relatif heterogen dan lebih tinggi. Sangat berbeda dengan masyarakat kota, masyarakat desa masih memiliki tingkat pendapatan yang relatif rendah. Hal ini dapat dilihat dari jenis pekerjaan mereka yang mayoritasnya adalah petani dan buruh konveksi yang penghasilannya kurang mencukupi untuk kebutuhan sekunder ataupun tersier, bahkan mereka ada yang bermigrasi ke kota untuk mencari nafkah agar memperoleh penghasilan yang lebih baik. Dalam kondisi ekonomi seperti ini sulit bagi masyarakat desa yang secara umum dikategorikan belum sejahtera dalam aspek ekonomi untuk memperoleh pendidikan yang tinggi karena dalam prosesnya membutuhkan biaya t

Belum adanya sekolah untuk anak yang berkebutuhan khusus di desa

Belum adanya sekolah untuk anak yang berkebutuhan khusus di desa Selama ini, layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di Indonesia disediakan melalui tiga macam lemabaga pendidikan yaitu, Sekolah Luar Biasa (SLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), dan Pendidikan Terpadu. SLB, sebagai lembaga pendidikan khusus tertua, menampung anak dengan jenis kelainan yang sama sehingga ada SLB untuk anak dengan hambatan penglihatan (Tunanetra), SLB untuk anak dengan hambatan pendengaran (Tunarungu), SLB untuk anak dengan hambatan berpikir/kecerdasan (Tunagrahita), SLB untuk anak dengan hambatan (fisik dan motorik (Tunadaksa), SLB untuk anak dengan hambatan emosi dan perilaku (Tunalaras), dan SLB untuk anak dengan hambatan majemuk (Tunaganda). Sedangkan SDLB menampung berbagai jenis anak berkebutuhan khusus. Sementara itu pendidikan terpadu adalah sekolah reguler yang juga menampung anak berkebutuhan khusus, dengan kurikulum, guru, sarana pengajaran, dan kegiatan belajar mengajar yang s

Pendidik dan pendidikan kurang inovatif

Pendidik dan pendidikan kurang   inovatif Banyak guru yang kurang memahami cara berinovasi, itulah mengapa rencana pemerintah meningkatkan mutu pendidikan terancam gagal. Rendahnya pemahaman guru akan pentingnya inovasi pendidikan akhirnya melahirkan metode pembelajaran yang konvensional. Metode pembelajaran itu, dinilainya terlalu monoton, tidak kreatif dan tidak sesuai dengan perkembangan jaman. Kalau cara belajar mengajarnya monoton, siswa jadi ngantuk. Guru juga ikut-kutan ngantuk. Siswa akan jenuh ketika mengajarnya terlalu monoton. Guru seharusnya memberikan metode pembelajaran untuk siswa yang tidak menjenuhkan pada saat pembelajaran berlangsung. Boleh saja waktu pada saat pembelajaran ada yang terlalu monoton tetapi harus di selangi oleh ice breaking atau games di tengah-tengah jam pelajaran berlangsung, supaya siswa tidak jenuh dan tidak bosan, dan siswa juga akan senang kita metode pembelajarannya di selangi oleh ice breaking atau games. Siswa juga akan ketagihan dan m

Masih adanya kesenjangan mutu pendidikan antara di kota besar dan di perdesaan

Masih adanya kesenjangan mutu pendidikan antara di kota besar dan di perdesaan Mayoritas penduduk Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan menjadikan Pendidikan di Indonesia sulit bagi mereka, Selain kemauan dan kesadaran akan pentingnya pendidikan dan ekonomi yang mereka jadikan alas an sehingga mereka tidak menyentuh dunia pendidikan. Alat-alat penunjang lainnya yang menyebabkan pendidikan tidak dapat berkembang secara optimal, seperti fasilitas yang sangat jauh dari kata-kata memadai, ketersediaan buku-buku pendidikan dan jaringan internet dimana akan menjadi kendala ketika siswa dalam rangka mendapatkan refrensi tambahan tentang mata pelajaran yang sedang mereka pelajari, terlebih lagi banyak tenaga pendidik yang tidak memahami pentingnya internet dan pemamfaatannya. Dalam hal pendidikan di kota dan di desa sangatlah berbeda, seakan perhatian pada pendidikan di perkotaan membuat kualitas pendidikan di perkotaan dan di pedesaan menjadi timpang, masalah kesejahteraan