Filsafat Pengetahuan

FILSAFAT PENGETAHUAN
Pendidikan indonesia, berada dalam kebingungan akut. Ia dianggap gagal memaikan perannya dalam proses pencerdasaan ouput yang terlihat dari kecilnya indeks prestasi peserta didik ketika mengakhiri studinya dalam ujian nasional dalam tingkat jenjang pendidikan dasar dan menengah, meskipun standar kelulusannya, dilinai terlalu rendah jika harus dibandikan standar kelulusan bebrapa negara tetangga di Asia Tenggara. Pakar pendidikan banyak yang berpendapat bahwa, kegagalan dimaksud terjadi karena rendahnya kualitas pendidik dan tenaga pendidikan. Hal ini terjadi salah satu faktormya adalah karena kecilnya tinggkat kesejahteraan dan ambigunya mekanisme karier mereka dalam mengemban amanahnya sebagai tenaga pendidik dan tenaga pendidikan. Sesungguhnya tidak hanya berfungsi sebagai alamt untuk meningkatkan kesejahteraan meraka, tetapi, ada makna lain yang mengkonsumsi bahwa, melalui program ini, tingkat kualifikasi pendidik dan tega kependidikan harus meningkat, khususnya dalam 4 kompetensi, yaitu; kompetensi  profesional, kompetensi pendagogik, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Dalam soal ketidakmampuan dunia pendidikan dalm membentuk dimensi kualitatif peserta didik yang solusinya hanya dapat dilakukan melalui kegiatan berfikir jernih dalam mengaktivasi psikis peserta didik kedunia yang abstark, yang prosesnya tidak dapat diamati hanya dengan menggunakan alat indra manusia.  Dibandingkan dengan persoalan kecerdasan output, kegagalan di jenis ini, sebernarnya jauh lebih kompleks dan lebih rumit. Dalam kegagalan pencerdasan output,kita masih dapat dihibur dengan banyaknya keberhasilan peserta didik dalam momen-momen ilmiah kelas dunia. Kreativitas adalah potensi dasar manusia, yang jika dikembangkan, maka hasilnya akan jauh lebih signifikan manfaatnya bagi hajat hidup manuia. Meningkatnya pengangguran dikelas masyarakat terdidik perkotaan dapat menjadi salah satu ciri penting yang menunjukan bahwa alumi pendidikan indonesia sangat tergantung terhadap dunia kerja bersedia. Sesungguhnya hanya mampu mencerdaskan peserta didik, dan abai dalam mengembangkan kreativitas berfikir mereka.Filsafat pengetahuan itu koheren, lengkap, dan menyentuh hampir setiap dimensi yang terdapat dalam kajian ilmuan, khususnya dalam konteks pembentukan logika berfikir.
Pertama, dalam perjalanan panjang saya sebagai dosen pengampu Mata Kulian Filsafat Pengetahuan, saya banyak bertemu dengan mahasiswa yang sebenarnya gemar berfikir, tetapi tidak gemar membaca apalagi gemar menulis. Terlebih jika harus dibaca itu adalah kajian filsafat yang memaksa siapapun yang berfikir kritis. Penulis sadar bahwa di lapangan, ada situasi psikologis, dimana peserta didik hari ini, berhadapan dengan banyak persoalan hidup dan budaya tertentu yang cenderung parktis. Sehingga agak rumit mata kuliah ini jika tetap harus disajikan dalam ikatan-ikatan tertentu yang terlalu padat. Mata kulia ini menjadi Filsafat Pengetahuan dan Metode Berfikir. Kata metode berfikir. Metode berfikir itu, menuntut kerja keras. Sesuatu yang menuntut kerja keras, pasti membutuhkan relaksasi. Kedua, saya memiliki cita-cita yang dalam anggapan tertentu layak disebut mulia, yakni bahwa pikiran-pikiran yang tentang dalam kajian filsafat pengetahaun dan metode berfikir yang kemudian saya namakan dengan filsafat pengetahuan, itu sangat strategis dalam pengembangan kreativitas berpikir orang. Karena itu kajian ini semestinya banyak dibaca berbagai pihak, termasuk meraka yang tidak sempat mengikuti pendidikan di Pendidikan Tinggi atau mereka tidak pernah mempelajari filsafat. Mereka berada dalam kubangan yang jauh lebih kompleks dan luas dibandingkan dengan meraka yang mengikuti pendidikan tinggi. Ketiga, secara historis, ilmu terlahir filsafat lahir dari  budaya sastra, budaya seni dan budaya frasa rakyat. Suatu lokus dimana peradaban dunia belum tersentuh dan menyentuh dirinya. Ia ajek dalam posisinya sebagai wilayah higienis dalam konteks peradaban dunia. Ia selalu berdiri dalam lakon khusus sebagai daerah peradaban dalam persentuhan budaya luar. Di lokus pedalaman itu, keluarga ini selalu menunjukan jati diri dan eksentesinya dalam posisi yang sulit dimengerti banyak pihak. Keluarga ini ingin menjadi lakon khusus yang terkisahkan dalam dunia tentang perjalanan heroisme yang penuh liku di tengah segenap gelombang kehidupan yang kompleks. Keluarga ini memiliki noktah khusus sebagai pewaris pemikiran aneh menurut ukuran waktu, tempat, zaman yang mengitarinya.
Keluarga adalah bagian penting untuk membangun dinakmika umat. Hanya melalui keluargalah segala hal cipta. Tidak mungkin suatu keluarga mampu menumbuhkan keluarga nubuwah, jika spektrum kehidupan keluarga itu, tidak mampu disemai dengan bentuknya yang kokoh dalam menanam nilai-nilai kebaukan. Inilah pesan Kaisar , sewaktu Bert dan saudara-saudaranya berkumpul di rumah mereka. Kaisar sendiri, untuk membangun keluarga agar tetap harmoni itu, dilakukan dengan cara meraka bercengkerama meski dalam waktu yang terbatas. Keluarga ini, biasanya menghabiskan waktu mereka untuk bersama itu, di hari libur dan yang pasti, hari libur maksud, tentu hari minggu. Hari libur dan hari minggu, selalu digunakan Kaisar untuk hidup secara total bersama keluarganya.
Melalui lima ayat pertama dalam surah Al-Alaq, islam telah mengasumsikan pentingnya melakukan observasi terhadap alam yang demikian luas dalam ayat dimaksud dideskripsi dengan membaca dan menulis melalui pena. Melalui dunia baca dan tulis itulah, komunikasi ilmiah dapat dilakukan sekaliapun letaknya saling berjauhan. Melalui pena itu, jarak tidak lagi menjadi penghalang untuk terjadinya transformasi ilmu. Pena bahkan digambarkan tak ubahnya seperti lisan dan bicara. Qalam atau pena, adalah benda mati yang tidak dapat memberikan pengertian. Oleh karena itu, zat yang menciptakan benda mati bisa menjadi alat komunikasi sesungguhnya tidak ada kesulitan bagi-Nya menjadi dirimu (Muhammad) dapat membaca dan memberi penjelasan serta pengajaran. Apalagi engkau manusia yang sempurna. Bert ingat, bagaimana guru mengatakan bahwa dalam konteks ini, Allah menyatakan bahwa dirinyalah yang telah menciptakan manusia dari alaq, kemudian itu, dilakukan agar menyadari bahwa dirinya diciptakan dari sesuatu yang paling hina, hingga mencapai kesempurnaan kemanusiaan dengan pengetahuannya tentang hakikat segala sesuatu yang terdapat di jagat raya dan pengatur jagat raya. Inilah pintu awal, kata guru ngaji bert, lahirnya pemikiran ilmiah masyarakat muslim di Mediterania. Kegiatan membaca dan menulis di sebuah tempat penuh gurun yang digambarkan Al-Qur’an sebagai masyarakat yang ummi, harus turun kemedan perjuangan menjadi manusia tercerdasakan sekaligus tercerahkan karena kemampuan membaca dan menulis. Watak religus yang ilmiah, menurut pikiran bert, secara langsung akan menyebabkan pudarnya bahwa keras tanpa toleransi. Karena itu, dalam pikirannya, ketika secara empiris mereka memiliki budaya liar yang keras, akan sangat mungkin lahir karena karakter diatas sesungguhnya sudah hilang, atau mungkin ada faktor lain, salah satunya karena kuatnya cengkeraman budaya luar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Standar kurikulum yang tidak sesuai dengan kemampuan anak sekolah

Kenapa pendidikan formal penting

Belum adanya sekolah untuk anak yang berkebutuhan khusus di desa